Tuesday 11 June 2013

Pagu Indikatif Anggaran Kemhan Tahun 2014 Sebesar Rp 80.5 Trilyun

Helikopter serang AH-64D Apache (photo : Fairford 2009)


Jakarta, (IMS) - Komisi I DPR RI dapat menerima penjelasan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro soal pagu indikatif Kemhan Tahun 2014 sebesar Rp 80.497.980.000.000 (delapan puluh triliun empat ratus sembilan puluh tujuh miliar sembilan ratus delapan puluh juta rupiah.)

"Komisi I juga dapat menerima usulan tambahan anggaran yang di ajukan Kemhan/TNI sebesar Rp 8.730.522.000.000," ujar Ketua Komisi I DPR RI Mahfudz Siddiq, menceritakan hasil raker Komisi I dengan Menhan dan Panglima TNI membahas Perubahan APBN 2013 dan RAPBN 2014 yang dilakukan secara tertutup, Senin (10/6).


Mahfudz pun menjelaskan, pihak Kemhan juga mengajukan tambahan anggaran khusus untuk pengadaan Helikopter Serang Apache beserta persenjataannya dan pesawat Hercules C-130 eks RAAF, Australia sebesar Rp 6 triliun, yang berasal dari dana on top atau pinjaman dari luar negeri.

"Kalau pesawat Hercules itu sendiri dari Australia dalam bentuk hibah, sebanyak enam unit dari Australia. Tapi ini masih akan dibahas secara mendalam dalam rapat terpisah nantinya, jika penggunaan dana on top untuk keperluan hal ini dapat dipenuhi," katanya.


Sementara, untuk rencana pembelian helikopter serang Apache dari AS oleh TNI AD itu, kata Mahfudz, nantinya masih perlu didalami juga bersama Kepala Staf TNI AD.

"Soal jumlah berapa unitnya yang akan dibeli, baru atau bekas dan speknya seperti apa saja, dalam rapat tadi belum dibahas. Itu perlu dibahas lanjut nantinya, kalau usulan penggunaan anggaran on topnya disetujui," jelasnya.

Kata Mahfudz, memang sebelumnya secara informal pihak TNI AD berencana membeli helikopter serang Apache, tetapi terganjal soal sumber pendanaannya. Karena pihak Kemenkeu meminta alokasi anggaran pembelian Apache itu diambil dari pos anggaran TNI AD sendiri.

"Pihak TNI AD keberatan kalau untuk belanja Apache itu menggunakan anggaran reguler TNI AD, sendiri, karena jelas akan sangat membebani anggaran untuk pembiayaan rutin. Karena mereka usulkan di 2014, pengadaan Apache sumbernya dari dana on top." 

"Juga pengadaan Hercules TNI AU, sama sumber pembiayaannya dari dana on top, yang jumlahnya masih sangat besar, yaitu masih tersisa sekitar Rp 30 triliun, dari alokasi dana on top 2010-2014 sekitar Rp 50 triliun," tegasnya.


Monday 10 June 2013

TNI Borong Rudal Anti-Tank Buatan Amerika Serikat

Rudal anti-tank Javelin buatan perusahaan Raytheon dan Lockheed MartinRudal ini berbobot ringan dan berdaya hancur besar. (Dok. Raytheon)

(IMS) -- Angkatan bersenjata Indonesia memborong peluncur rudal anti-tank (ATGM) canggih buatan Amerika Serikat. Rudal ini mampu mengunci sasaran dan mengikuti kemanapun target berjalan dengan daya ledak yang luar biasa.

Anti tank baru bernama Javelin ini dipamerkan dan diperagakan penggunaannya usai pembukaan latihan gabungan Garuda Shield TNI Angkatan Darat dengan Tentara AS di Pasifik (USARPAC), Senin 10 Juni 2013. 

Letnan Satu TNI Bonny Octavian yang memperagakan penggunaan Javelin mengatakan, jarak tembak rudal ini mencapai 2,5 kilometer. Javelin dilengkapi dengan pelacak canggih yang mampu mengunci dan menembak sasaran yang bergerak. "Waktu reload rudal ini cukup cepat, yaitu 40 detik saja," kata Bonny.

Bonny mengatakan, TNI telah memesan 25 alat pembidik dan 189 rudal anti tank Javelin buatan perusahaan Raytheon dan Lockheed Martin ini. Namun senjata ini masih dalam tahap produksi dan belum dikirim.

Selain canggih, alat ini sangat ringan dan dapat ditempatkan di bahu penyerang. Menurut laman Inetres.com, rudal Javelin berbobot 11,8 kilogram sementara alat pembidik dan peluncur hanya 6,4 kilogram. "Senjata ini selain canggih juga simpel dan ringan," kata Bonny.

Senjata ini telah dikembangkan sejak tahun 1998 oleh perusahaan Raytheon dan Lockheed Martin dengan nama proyek Javelin Joint Venture. Produksinya sendiri dimulai tahun 1994 dan dikirimkan ke barak militer di Fort Benning, Georgia pada tahun 1996.

Laman army-technology.com menuliskan, Javelin digunakan tentara AS dan Australia pada perang di Irak antara Maret dan April 2003. Saat ini, senjata ini digunakan di Afganistan. Lebih dari 2.000 rudal Javelin telah ditembakkan AS dan tentara koalisi di negara ini.

Negara asing pertama pembeli Javelin adalah Inggris pada Januari 2003 dengan pemesanan awal sebanyak 18 peluncur dan 144 rudal. Negara lainnya yang telah menggunakan ini adalah Taiwan, Lithuania, Yordania, Australia, Selandia Baru, Norwegia, dan Irlandia. Beberapa negara lainnya tengah mengantre untuk mendapatkannya.

Inetres.com memaparkan, satu buah peluncur dan pelacak Javelin dibanderol US$126.000 atau sekitar Rp1,2 miliar, sementara rudal Javelin satuannya seharga US$78.000, setara Rp756 juta.


Mi-17 Penerbad Siap Bertugas ke Sudan


(IMS) -- Untuk pertama kalinya, Mabes TNI akan mengirimkan tiga helikopter ke dalam misi perdamaian PBB yang bertugas di Darfur, Sudan. Ketiga heli yang terpilih, Mil Mi-17V5 Hip merupakan aset Skadron 31 Serbu Pusat Penerbangan TNI AD (Puspenerbad) yang berpangkalan di Lanumad Ahmad Yani, Semarang. Dengan misi berlabel internasional di daerah konflik, ketiga heli harus memenuhi standar tinggi yang ditetapkan PBB. 

Seperti apa peralatan baru yang dicangkokkan ke heli buatan Rusia ini dan apa untungnya bagi Indonesia memenuhi permintaan PBB, ikuti penelusuran Beny Adrian berikut ini. Angkasa mencari informasi langsung ke sarangnya di Skadron 31, Semarang dan berkesempatan pula mewawancarai Danpuspenerbad, Brigjen TNI Moch. Afifudin. 

Terang saja Puspenerbad girang tak kepalang menerima kepercayaan dari Pemerintah RI untuk menjalankan misi mulia di bawah bendera Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Sudan. Di bawah payung United Nations Mission in Darfur (UNAMID) di Sudan, Afrika Utara, ketiga heli akan bertugas selama satu tahun. Menjadi tantangan sekaligus kesempatan untuk berbuat yang terbaik, karena penugasan ini adalah yang pertama bagi TNI mengirimkan kontingen dengan kekuatan utama pesawat terbang (helikopter) guna mendukung misi PBB.“Rencananya heli beserta kelengkapan dan personel akan diberangkatkan pada bulan Juli,” ujar Komandan Puspenerbad Brigjen TNI Moch Afifuddin. 

Kisah di balik pengiriman heli Penerbad ini berawal dari kunjungan Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB Ban Ki Moon ke Indonesia pada 20 Maret 2012, berbarengan pelaksanaan Jakarta International Defense Dialogue (21-23 Maret). Kehadiran Ban Ki Moon tak lepas dari tugasnya sebagai pembicara dalam forum dialog dilanjutkan kunjungan ke Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian Dunia (PMPP) di Sentul. Kegiatan Ban Ki Moon lainnya adalah melakukan pertemuan dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Nah, di poin ketiga inilah kisah bermula.

Dalam pertemuannya dengan Presiden SBY, salah satu persoalan yang dikemukan Ban Ki Moon adalah bahwa PBB masih kekurangan alat angkut helikopter di wilayah konflik yang ditangani. Saat itu juga Sekjen menawarkan kepada SBY, apakah ada peluang Indonesia membantu PBB dengan mengirimkan helikopternya. Dengan keyakinan penuh, SBY pun memberikan jawaban positif bahwa Indonesia akan mengirimkan heli yang diminta. Pernyataan SBY ini lah yang kemudian dikemukakan Ban Ki Moon saat berbicara di forum dialog langsung mendapat aplaus dari hadirin. Setelah itu, perintah pun mengalir secara hirarki dari Panglima TNI hingga ke satuan pembina yaitu Puspenerbad. 

Awalnya permintaan ini adalah untuk memperkuat satgas penerbangan PBB di Kongo. Karena itu namanya pun semula adalah Kontingen Garuda (Konga) XXXV-A/MONUSCO. Belakangan PBB merevisi permintaannya dengan mengubah negara tujuan menjadi Sudan. Dengan demikian nama kontingen menjadi Konga XXXV-A/UNAMID dengan main operational base di El Fasher, Darfur. 

Mengutip dari website PMPP, hingga Juli 2012, Indonesia menduduki peringkat 16 dari 117 negara kontributor Operasi Pemeliharaan Perdamaian PBB dengan 1.902 personel (data PBB per 31 Juni 2012). Kontribusi tersebut terdiri dari 161 polisi, 25 military observers, dan 1.698 personel militer di delapan misi yaitu UNIFIL (Lebanon 1.354), UNMISS (Sudan Selatan, 14), UNISFA (Abyei Sudan, 1), UNAMID (Darfur, 151), MONUSCO (DRC, 192), UNMIL (Liberia, 1), MINUSTAH (Haiti, 178), dan UNSMIS (Suriah, 11). Perkembangan positifnya adalah, kontribusi Indonesia tidak hanya sebatas personel semata, tapi juga telah mengirimkan alutsista berupa kapal perang jenis korvet ke dalam Maritime Task Force (MTF) UNIFIL selama empat kali. Bersama KRI juga selalu diikutkan sebuah helikopter NBO-105 milik Penerbal.


Guna memenuhi permintaan ini, Puspenerbad pun menyiapkan tiga helikopter Mi-17V5 terbaik dari 12 unit heli sejenis yang dimiliki. Pilihan jatuh kepada HA-5156, HA-5157, dan HA-5159. Ketiga heli ini adalah hasil pengadaan terakhir tahun 2011 sehingga kondisinya masih sangat baik. Kalau melihat rekam jejaknya, HA-5156 baru mengantongi 115 jam terbang, HA-5157 mengantongi 102 jam terbang, dan HA-5159 mengumpulkan 237 jam terbang. Kondisinya masih sangat baru, dan ini, menurut Brigjen Afifuddin, memberikan kepercayaan diri tersendiri kepada Indonesia.

“Mi-17 kita satu-satunya yang terbaru, sementara heli negara lain sudah ribuan jam terbang sehingga PBB pun surprise dengan heli kita,” beber Afifudin. 

Tidak sedikit perombakan dan penambahan dilakukan terhadap ketiga Mi-17 ini guna memenuhi persyaratan yang diminta PBB. Secara umum ketiga heli dituntut mampu terbang instrument, karena tidak tertutup kemungkinan beroperasi di malam hari dan di cuaca yang berubah-ubah, membawa kargo di eksternal, mengirim-mengambil pasukan dengan teknik fastrope serta kemampuan beladiri. 

Tidak hanya menyangkut sistem navigasi dan komunikasi, syarat ketat pun dititahkan sampai ke urusan penerbang. Dalam LOA (Letter of Assist) yang disampaikan PBB, disebutkan bahwa untuk mengawaki ketiga heli, Indonesia harus menyiapkan empat set kru yang terdiri dari empat pilot (PiC) dan empat kopilot. Untuk PiC harus memiliki minimal 1.500 jam terbang dengan 750 jam di antaranya in command dan 400 jam pada tipe dimaksud. Sebagai tambahan, PiC juga harus memiliki minimal 30 jam terbang instrument dan 50 jam terbang malam dengan NVG. Sementara kopilot harus mengantongi minimal 100 jam terbang di tipe dimaksud. 

Demi alasan keamanan terbang, oleh Pemerintah Indonesia akhirnya disetujui setiap heli akan diawaki oleh dua set kru. Sehingga dengan tiga heli, disediakan enam pilot serta enam juga kopilot. Semua PiC (Penerbang I) berpangkat mayor sedangkan untuk kopilot (Penerbang II) berpangkat lettu dan seorang letda. “Dua orang di antaranya (kopilot) sudah kandidat pilot, namun belum sempat disupervisi karena keburu persiapan ke PBB,” kata Letkol CPN Eko Priyanto yang ditunjuk sebagai Komandan Satgas/ Komandan Detasemen Penerbad di Sudan nantinya. 



Jujur saja saat bertandang ke Skadron 31 di Lanumad Ahmad Yani, Semarang, Angkasa yang sudah mendapatkan penjelasan dari Dansatgas dan Danpuspenerbad, melihat sendiri kondisi ketiga Mi-17 pasca upgrade. Secara kasat mata warnanya pun sudah berganti putih sesuai standar PBB. Di kedua sisi badan heli persis di bawah exhaust terpampang dua huruf besar UN (United Nations), sementara di kedua sisi tailboom tertulis United Nations dan bendera Indonesia di vertical tail. 

Bagi mata yang jeli, beberapa penambahan sudah terlihat di bagian luar heli. Kita mulai dari depan, di kedua jendela pilot ditambahkan pelat baja (armor plate) Level III untuk menetralisir proyektil kaliber 7,62mm. Pelat ini melengkapi perisai terdahulu di jendela bawah yang sudah menjadi bawaan Mi-17 versi militer. Di bawah daerah kokpit ini juga nongol antena baru VHF versi militer ARC 210 berwarna hitam, melengkapi antena VHF buatan Rusia yang sudah terpasang sebelumnya. Dengan spesifikasi baru ini, ketiga heli memang berlimpah radio.



Kepada Angkasa, Kapuspenerbad Brigjen Moch Afifudin mengakui bahwa pihaknya tidak ingin mengekspos rencana keberangkatan Mi-17 ini. “Ada media lokal di Semarang memberitakan, tapi itu bukan dari kami,” ujarnya. Namun kepada Angkasa, jenderal berbintang satu yang ramah ini memberikan kesempatan untuk mengupasnya secara detail. 
Menurut Afifudin, untuk penugasan ini PBB mensyaratkan heli dengan kapasitas minimal 20 penumpang. Di lingkungan TNI memang hanya TNI AD yang mempunyai heli dengan kapasitas tersebut. Sehingga perintah itupun turun ke Puspenerbad. Kapuspenerbad yang sampai sekarang masih aktif menerbangkan NBell-412EP ini mengaku bangga, karena pihaknya bisa menyiapkan heli sesuai keinginan PBB. “Sehingga saat diinspeksi PBB beberapa waktu lalu, ketiga heli dinyatakan lulus cek. Baik alutsista, personel, dan alat pendukungnya,”aku Afifudin. Pemeriksaan dilakukan tim khusus PBB pada 13 Maret lalu di Semarang. 

Dengan diberikannya kepercayaan kepada Indonesia untuk mengirimkan tiga heli ke misi PBB, ternyata berimbas kepada posisi tawar Indonesia di dunia internasional. Hal ini didengar sendiri oleh Afifudin dari Letkol CHB Iroth Soni yang bertugas di markas PBB di New York. “Komandan, saya salut, ikut senang dan membuat saya merinding. Dengan kita siap mendukung PBB tidak hanya meningkatkan citra tapi juga bargaining Indonesia di dunia,” beber Afifudin menirukan penjelasan Letkol Iroth Soni saat ditemuinya di New York. 



Mengutip dari situs PMPP, tercatat bahwa sampai saat ini TNI sudah mengirim personelnya sebanyak 563 kali dengan kontingen terakhir sebanyak 175 prajurit tergabung dalam Satgas Kompi Zeni (Kizi) Kontingen Garuda (Konga) XX-J/MONUSCO. Mereka diterbangkan dari Lanud Halim Perdanakusuma ke Republik Demokratik Kongo pada 7 Januari lalu. 

Tahun 1956, ketika Majelis Umum PBB memutuskan menarik mundur pasukan Inggris, Perancis, dan Israel dari wilayah Mesir, Indonesia mendukung keputusan itu dan untuk pertama kalinya mengirim Pasukan Pemelihara Perdamaian PBB ke Mesir yang dinamakan dengan Kontingen Garuda I. Kontingen ini bertugas di Sinai, Mesir pada misi UNEF-1 (United Nation Emergency Force) pada 8 Januari 1957 dengan komandan Letkol Hartoyo.


Bakorkamla Luncurkan Kapal Bintang Laut

KN Bintang Laut 4801 (photo : MetroTVNews)

BATAM, (IMS) -- Kepala Pelaksana Harian Badan Koordinasi Keamanan Laut atau Bakorkamla Laksamana Madya TNI Bambang Suwarto di Batam, Sabtu meluncurkan Kapal Negara Bintang Laut 4801 untuk mendukung kepentingan patroli. "Ini merupakan yang pertama, kita membuat sendiri menggunakan biaya APBN," kata Bambang Suwarto seusai peluncuran.

Ia mengemukakan bahwa KN Bintang Laut 4801 buatan PT Palindo Marine Batam, merupakan kapal patroli Bakorkamla pertama yang didanai APBN. Sedang kapal-kapal Bakorkamla yang lain merupakan bantuan dari instasi lain.

Menurut Bambang, kapal itu nantinya akan dilengkapi senjata di depan dan belakang. Senjata itu dinilai cukup, karena KN Bintang Laut hanya menjaga keamanan, bukan untuk pertahanan negara.Bambang menjelaskan bahwa kapal yang diperkirakan beroperasi mulai Juli 2013 itu dilengkapi kamera jarak jauh 20 km dan teknologi satelit sehingga kegiatannya bisa langsung dimonitor dari Jakarta. "Ini termasuk yang tercanggih, sudah terintegrasi dengan sistem di Jakarta," kata dia.


Kapal berkekuatan mesin tiga kali 1.400 horse power itu juga mampu memantau plankton untuk mengetahui daerah potensi ikan. "Jadi nanti bisa memberitahu HNSI daerah yang banyak ikan," kata dia.Pembuatan kapal negara itu, menurut dia, menghabiskan dana sekitar Rp58 miliar yang seluruhnya dianggarkan APBD 2013.

Hingga 2014, katanya, Bakorkamla berencana membuat enam kapal, tiga lainnya pada 2013, yaitu Bintang Laut 4801, Singa Laut 4802 yang masih dikerjakan di Citra Shipyard Batam dan akan diluncurkan Minggu (9/6) dan satu lagi baru akan selesai September 2013 oleh PT Palindo Marine. Direktur Palindo Marine Harmanto mengatakan pembuatan kapal itu memakan waktu sekitar setahun. Kapal dirancang dan dikerjakan oleh sekitar 35 orang yang seluruhnya warga Indonesia.

Menurut dia, stabilitas KN Bintang Laut 4801 merupakan yang terbaik, karena rangka lambung bawah menggunakan baja dan bagian atas terbuat dari alumunium. "Bisa dilihat saat peluncuran tadi, tidak ada goyang, stabilitasnya bagus," kata dia.Menurut Harmanto, kapal itu memuat 60 persen konten lokal. Hanya mesin dan alat navigasi yang diimpor.


Sunday 9 June 2013

Tangkal Teroris, Indonesia-Malaysia Latihan Bersama

Upacara pembukaan Latihan Gabungan Bersama Malaysia Indonesia Darat Samudera Angkasa di Lanud Soewondo Polonia Medan. (photo : TNI, Kompas, MyJointForce)

MEDAN, (IMS) - Tentara Nasional Indonesia dan Angkatan Tentera Malaysia (ATM) menggelar Latihan Gabungan Bersama Malaysia Indonesia Darat Samudera Angkasa (Latgabma Malindo Darsasa) - 8AB/2013 di Medan mulai Jumat (7/6/2013) hingga Rabu (12/6/2013) mendatang.

Tujuannnya untuk memadukan kekuatan kedua negara dalam mengatasi masalah di perbatasan dan wilayah tertentu yang di nilai terkait kepentingan bersama. Tahun ini, latihan difokuskan untuk tingkatan pasukan khusus.


"Latihan ini merupakan tindak lanjut dari keputusan bersama pada sidang high level committee beberapa waktu lalu. Khusus untuk pasukan khusus," kata Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono seusai upacara pembukaan acara di Lanud Soewondo Polonia Medan, Jumat (7/6/2013).

Kedua pasukan akan menguji dan mengimplementasikan strategi penanggulangan teror. Latihan akan dimulai di pos komando. Selanjutnya, pada Selasa dan Rabu berlanjut di lapangan. Lokasinya di Belawan, Lanud Soewondo dan Hotel Arya Duta Medan.



Latihan ini melibatkan 1.228 personel dari kedua negara, terdiri dari 319 orang untuk Komando Gladi, 315 pelaku dan 594 pendukung. Masing-masing angkatan mengerahkan alutsista dan perlengkapannya untuk digunakan dalam latihan.

Angkatan Darat mengerahkan 1 heli Bell-412, 1 heli MI-17, 1 armour halilintar, 2 armour, 1 ambulans, 4 Land Rover Command, 2 truk 3 tin, 2 kendaraan anjing perang, 4 sepeda motor, 1 bus, 2 Decco trailer, 1 rantis, dan 2 truk NPS.


Sedangkan Angkatan Laut menyertakan KRI Makassar-590, KRI Imam Bonjol-383, 1 kapal sasaran (tanker), 4 sea rider, 4 rubber boat, 1 heli Bell, 1 heli Bolcow, 2 truk, 5 Land Rover, 1 ambulans. 

Sementara itu, Angkatan Udara mengerahkan Hercules C-130, 1 Boeing, 1 Fokker-28, 4 Ransus, 2 sepeda motor, 2 Komob, 2 bus, 2 truk, 1 mobil jihandak, 2 mobil PM, 1 mobil Damkar, dan 2 ambulans.


Sementara itu, Panglima ATM Jenderal Tan Sri Dato Sri Zulkifeli Bin Mohd Zin menilai kedua belah pihak siap mengikuti pelatihan ini. "Melihat kesiapan latihan, saya gembira. Saya percaya dan yakin, latihan akan terlaksana baik," katanya.

Sebelumnya, Direktur Latihan Malindo Darsasa-8AB/2013 Brigjen TNI Buyung Lalana mengatakan, masalah teroris identik dengan kemiskinan, kesenjangan sosial, marjinallisme dan radikalisme. TNI dan ATM menghimbau agar masyarakat tidak terpengaruh ajakan teroris.


Selain melakukan latihan, militer kedua negara itu juga akan menggelar pengobatan gratis bagi masyarakat Kota Medan. Pengobatan digelar di dua tempat dengan target 5.000 pasien, antara lain pengobatan gigi 200 pasien, pembagian kacamata 200 pasien, KB 200 pasien dan pembagian tangan serta kaki palsu untuk 200 orang.

"Kegiatan ini akan melibatkan 26 dokter umum, 8 dokter gigi dari TNI, ATM dan dokter dari Kota Medan," jelas Buyung.


HQ Hanoi Kilo Submarines Completed Testing


(IMS) -- Itar-Tass (Russia) reported shipyard Admiratly Verfi end testing first non-nuclear submarines HQ-182 Hanoi Vietnam People's Navy.

Shipyard Admiratly Verfi will hand over to the Vietnam People's Navy 2 diesel electric powered submarine - Project 636 Kilo class diesel this year. Under the plan, the 3rd ship will be launched in August. And this year, the 4th will be booted.

Earlier, sources in the Russian military industrial complex revealed to Itar-Tass, in December last year Kilo submarines were first program successfully completed the first test phase, in which all systems and ship's machinery works well. Diving submarine has successfully 12 times, including a deep dive.

"The national test of the first ship will be completed in the summer. By September this year will conduct trials and handed the ship over to Vietnam," the source said.

According to sources, the 2nd of Kilo submarines named Ho Chi Minh contract was launched in late 2012. Earlier in January this year, Admiratly Verfi began work finishing some categories of ships. In 3-4 months, the ship was anchored in the harbor at the trial and then the trip to sea trials.

Factory Admiratly Vefi are urgently implement the remaining vessel fabrication. In February, the plant has closed steel cutting ceremony 6 Kilo submarines for Vietnam People's Navy.

"The work was carried out exactly according to the approved schedule," said the representative of the Russian defense industry said.

During his visit to Russia in May this year, Vietnam's Prime Minister Nguyen Tan Dung has stated: "We are very grateful to you Russia, who will close and transfer to Vietnam before 2016 6 Kilo class submarines under the agreement has been signed. "

According to the prime minister, this order "not only commercial in nature, but it is an expression of friendship and trust between our two countries." In addition, the Prime Minister also said that the military-technical cooperation Vietnam - Russia "does not stop at six submarines, we wait for the weapons and military technical equipment other."

In 2009, Vietnam signed a deal worth nearly $ 2 billion to buy six submarines attack non-nuclear Russian Kilo Project 636. This contract, in addition to closing the submarine also includes training sailors Vietnam, as well as providing equipment and technical supplies needed.

Non-nuclear attacks submarine the Project 636 Kilo class submarines of the 3rd generation. Length 73.8 m, 9.9 m wide, stretch of water when submerged nearly 4,000 tons, a maximum depth of 300m.

Project 636 is designed to make submarines and anti-submarine ships, as well as creating the means to defend the naval base, the coastal road and sea reconnaissance patrol operating in the enemy lines.

The ship is equipped with 6 torpedo launchers 533mm sizes allow release of anti-submarine torpedoes and anti-ship missiles, supersonic 3M-54E Klub-S.


Thursday 6 June 2013

Lanud Supadio Kini Dilengkapi dengan Rudal QW-3

Prajurit Batalyon 465 Paskhas TNI AU melakukan ujicoba penembakan rudal QW-3 di Pantai Kura-Kura Singkawang, Kalimantan Barat (photo : Antara)

Pontianak, (IMS) - Pangkalan Udara Supadio, Kalimantan Barat memiliki alat utama sistem persenjataan baru yakni rudal QW-3. Uji coba sudah dilakukan di Kura-kura Beach Singkawang.


Komandan Lanud Supadio Kolonel Pnb Novyan Samyoga, Kamis (6/6/2013) menjelaskan, QW-3 akan memperkuat sistem alutsista Lanud Supadio. "Kami memiliki wilayah tanggung jawab hingga ke perbatasan dengan negara tetangga. Rudal ini akan meningkatkan sistem alutsista TNI AU di Kalbar," kata Novyan. Rudal QW-3 akan dioperasikan oleh Pasukan Khas TNI AU Batalion 465, Kalbar.

Ini adalah jenis rudal untuk perlindungan obyek vital langsung, jika pesawat musuh masih bisa menembus pertahanan udara di dua ring sebelumnya. Uji coba rudal ini dilakukan di Singkawang Rabu kemarin. Rudal diuji coba untuk menembak pesawat drone S-70 dan umpan yang dilepaskan oleh S-70.


37 tank Rusia segera perkuat Marinir TNI AL


Batam, (IMS) -- 37 unit tank BMP-3F asal Rusia untuk Korps Marinir akan tiba tahun ini selain kapal perang buatan dalam dan luar negeri.

"Marinir sudah mendapatkan 17 unit tank BMP-3F dan akhir tahun ini akan ditambah lagi 37 unit. Tahun depan, sejumlah pesanan alat utama sistem senjata (alutsista) akan terus datang lagi," kata Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Marsetio.

Marsetio mengemukakan hal itu usai peletakan batu pertama Pembangunan Batalyon Marinir 10 di Pulau Setokok Kota Batam, Rabu.


Ia mengatakan, Markas Besar TNI AL telah memesan sejumlah peralatan tempur dari industri strategis di dalam dan luar negeri, antara lain tiga kapal selam dari Korea Selatan, empat "LST" (Landing Ship Tank) dari PAL, KRC (Kapal Cepat Rudal) dari Palindo Marine Batam dan kapal fregat dari Inggris.

"Selain itu, masih ada kapal hidrografi, 11 helikopter antikapal selam, dan kapal latih Kadet AAL pengganti KRI Dewaruci," papar Marsetio.


Indonesia Air Force One

Boeing Business Jet 2 (Photo: Boeing.com)

JAKARTA, (IMS) - Presiden SBY akan mendapatkan kado istimewa di bulan Agustus 2013, berupa Indonesia Air Force One BBJ2 yang siap mengantar Presiden untuk kunjungan ke dalam maupun luar negeri. Keberadaan pesawat kepresidenan ini diharapkan membantu kinerja presiden, khususnya ketika melakukan lawatan ke tempat yang jauh. Terbang ke luar negeri selama belasan jam, bukanlah sesuatu yang menyenangkan. Apalagi ketika masuk jam tidur, tidak bisa merebahkan secara sempurna.

Pesawat kepresidenan nanti, dilengkapi dengan kamar tidur utama, kamar mandi dengan shower, ruang konferensi/ruang makan, dan kamar tamu. Badan pesawat terdiri dari dua lantai dan memiliki tempat duduk hingga 70 penumpang dengan konfigurasi mewah. Presiden akan merasa berada di rumah atau di ruang kerja, membuat energinya tidak habis terserap dengan kepenatan penerbangan yang panjang. Boeing 737-8U3(BBJ2) juga akan dilengkapi dengan alat komunikasi yang canggih serta sistem keamanan modern.

Ya, Indonesia telah melakukan order khusus untuk Boeing Business Jet,” ujar Media Relations Boeing Commercial Airplanes AS, Doug Alder kepada wartawan, Selasa (4/6/2013). 

Dari hitung-hitungan biaya, Pesawat kepresidenan ini bisa digunakan selama 35 tahun, sehingga Presiden berikutnya masih bisa menggunakan pesawat Boeing 737-8U3, setelah masa jabatan Presiden SBY habis tahun 2014. Kementerian Sekretariat Negara telah melakukan kalkulasi pada tahun 2009, bahwa pembelian pesawat kepresidenan akan lebih efektif untuk jangka panjang dibandingkan menyewa pesawat.

Pesawat Boeing 737-8U3(BBJ2) Indonesian Air Force dibeli Indonesia seharga US$ 91,2 juta atau sekitar Rp 820 miliar, dengan rincian: US$ 58,6 juta untuk badan pesawat, US$27 juta untuk interior kabin, US$ 4,5 juta untuk sistem keamanan, dan US$1,1 juta untuk biaya administrasi.

Pesawat ini dibeli dengan cara dicicil tiga kali sejak tahun 2010. Beberapa fitur tambahan dari Boeing Business Jet 2 antara lain: Enam tangki bahan bakar di badan pesawat agar bisa terbang nonstop selama 10-12 jam, sistem keamanan serta interior cabin.

Interior BBJ2 (Photo by Boeing)

Kamar Tidur BBJ2 (photo by Boeing)

Kamar Mandi Shower (photo by Boeing)

Dapur BBJ2 (Photo by Boeing)

Kriteria dan spesifikasi pesawat kepresidenan adalah: mampu terbang selama 10-12 jam, mampu mendarat di bandara kecil, memiliki kapasitas sesuai rombongan presiden (70 orang), memiliki peralatan navigasi, komunikasi, cabin insulation dan inflight entertainment khusus.

Boeing BBJ2 memiliki panjang sekitar 39,5 meter, panjang sayap 35,8 meter, tinggi ekor 12,5 meter dan memiliki diameter 3,73 meter. Untuk interiornya, BBJ2 memiliki panjang 29,97 meter, dengan tinggi 2,16 meter dan lebar 3,53 meter.

BBJ 2 dibeli pemerintah sebagai upaya efisiensi. Pertimbangannya bila menyewa pesawat Garuda, ongkosnya lebih mahal. “Untuk kepentingan efisien, jangka menengah dan panjang, agar digunakan setiap saat tanpa mengganggu jadwal Garuda, maka diadakan pesawat sendiri,” ujar Presiden SBY awal tahun 2012.

Selama ini, Presiden SBY menyewa pesawat jenis 787-800 NG untuk penerbangan domestik dan Airbus jenis A330 untuk penerbangan jarak jauh atau internasional. Di 68 tahun kemerdekaannya nanti, Indonesia akhirnya mampu membeli Pesawat Kepresidenan super canggih Air Force One Indonesia. 


(JKGR)

Wednesday 5 June 2013

DebkaFile: Perang di Damaskus Usai, Militer Suriah Menang Heroik


Damaskus, (IMS) -- Media informasi rezim Zionis Israel, DebkaFile menulis, perang di Damaskus, ibukota Suriah sudah berakhir, dan pasukan pemerintah Suriah berhasil merebut kembali seluruh wilayah kota ini dengan sebuah kemenangan heroik. 

Seperti dikutip Fars News (4/6), DebkaFile melaporkan, Moshe Yaalon, Menteri Peperangan Israel di pertemuan Knesset, pada 3 Juni lalu mengklaim bahwa pemberontak Suriah mengontrol empat wilayah di Damaskus. Akan tetapi kenyataannya, perang di Damaskus telah usai dan militer Suriah berhasil merebut kembali seluruh wilayah kota itu.

Sisa-sisa pasukan pemberontak di kota Damaskus sudah tidak bisa berbuat apa-apa dan tidak mampu menyerang pusat-pusat strategis atau bandara Damaskus.

Lebih lanjut Debka menjelaskan, "Sejak saat ini bantuan-bantuan Iran dan Rusia dapat dengan mudah masuk ke Suriah dari bandara Damaskus. Operasi militer di wilayah-wilayah Timur Damaskus dilakukan oleh brigade ketiga dan keempat pasukan pemerintah Suriah, juga oleh unit komando yang dijuluki Fuji. Sebagian besar pemberontak telah lari dari Damaskus."


Sumber militer yang ditemui Debka mengatakan, "Seluruh akses jalan yang menghubungkan ibukota Suriah telah dikuasai pasukan pemerintah sejak 4 Juni, dan begitu juga wilayah-wilayah Barat."

Di sisi lain pasukan loyalis Bashar Assad, Presiden Suriah di bagian Utara Al Qusayr telah mempersempit kepungan dan di Hama, militer Suriah telah memperkuat kontrolnya.

Di bagian lain laporannya, Debka mengabarkan, serangan tanggal 5 Mei yang dilakukan Angkatan Udara Israel ke Suriah bukan saja tidak menggoyahkan Suriah, sebaliknya menguntungkan militer negara itu dan Assad bukannya melemah, justru semakin kuat.


Tuesday 4 June 2013

Begini Cara AS Tangkis Rudal Suriah

Rudal Patriot (REUTERS)

WASHINGTON, (IMS) -- Untuk mengantisipasi bergolaknya situasi di Suriah, AS mulai berancang melakukan aksi militer. Satu di antaranya dengan mengerahkan baterai rudal Patriot.

Senjata ini dirancang untuk menjatuhkan Scud atau rudal jarak pendek lainnya, yang diketahui sebagai senjata rezim Bashar. Sistem itu juga dapat digunakan sebagai bagian dari "payung" zona larangan terbang atau operasi udara lainnya.

Pentagon telah mengirimkan sekitar 200 tentara ke Yordania, termasuk satu elemen dari markas Angkatan Darat AS, guna membantu negara tersebut dalam menyiapkan rencana aksi militer terhadap suriah. Beberapa skenario yang kemungkinan ditempuh itu juga meliputi pengamanan atas stok senjata kimia yang dimiliki Suriah.

Pengerahan peluncur anti-rudal Patriot itu merupakan tindak lanjut dari peringatan Washington kepada rezim Presiden Suriah Bashar Al Assad agar tidak memberikan sistem rudal canggih kepada kelompok milisi Hizbullah di Libanon, yang kini mulai mengambil bagian dalam pertempuran guna mendukung Damaskus.

Israel telah beberapa kali melancarkan serangan udara di Suriah guna mengganggu pengiriman rudal ke Hizbullah itu.

Keputusan penempatan jet F-16 dan baterai rudal di Yordania semakin memperkuat spekulasi tentang kemungkinan intervensi militer dari Amerika Serikat, yang sejauh ini menurut Gedung Putih sangat kecil dilakukan.


(Republika/REUTERS)

Indonesia Naikkan Anggaran Pertahanan


(IMS) -- 1 Juni 2013, Singapura. Menteri Pertahanan (Menhan) Purnomo Yusgiantoro mengatakan Pemerintah dan DPR sepakat untuk menaikkan anggaran pertahanan guna mengejar ketertinggalan Indonesia di bidang itu.

"Kami yakin anggaran (pertahanan--red) akan tetap bahkan mungkin dinaikkan pada tahun-tahun depan," kata Purnomo dalam Pertemuan Tingkat Tinggi Keamanan ke-12 atau Shangri-La Dialogue di Singapura, Sabtu.

Anggaran militer Indonesia mendapat prioritas rendah dengan alokasi rata-rata di bawah 1 persen dari PDB hingga 10 tahun setelah Indonesia mengalami krisis ekonomi bahkan pada 2001 tercatat pengeluaran untuk militer 0,60 persen dari APBN, katanya.

"Akibatnya terjadi gap untuk memenuhi keperluan pokok pasukan dan ini merupakan tantangan bagi kami," kata dia.

Menhan Purnomo berbicara dalam sesi ketiga The Shangri-La Dialogue bertema "Modernisasi Militer dan Transparansi Strategik" bersama dengan Menteri Pertahanan Australia Stephen Smith dan Menteri Negara untuk Pertahanan Inggris Philip Hammond.

Dalam pertemuan yang berlangsung sejak 31 Mei hingga 2 Juni, dia menjelaskan modernisasi militer dalam konteks reformasi nasional, modernisasi militer sebagai bagian dari pembangunan nasional, serta modernisasi militer dan transparansi strategik.

"Di Indonesia modernisasi militer merupakan unsur kunci reformasi militer, yang jadi bagian reformasi nasional mulai 1998," katanya.

Indonesia merupakan salah satu negara yang terkena dampak krisis finansial Asia pada 1997-1998. Pemerintah saat itu memperketat anggaran dan memberikan prioritas pada pemulihan ekonomi. Pada pertengahan 2000-an Indonesia akhirnya dapat mengatasi krisis dan ekonomi mulai tumbuh. Prioritas anggaran saat itu diberikan pada pembangunan sosial terutama pendidikan, kesehatan dan pengentasan kemiskinan.

Menurut Menhan, perundang-undangan yang direformasi sengat jelas menekan bahwa pertahanan nasional Indonesia berdasarkan pada prinsip-prinsip demokrasi, hak asasi manusia, kesejahteraan rakyat, lingkungan hidup, hukum nasional dan juga prinsip-prinsip serta norma-norma internasional. Ini menjadi acuan tingkah laku atau bahkan tata perilaku tentara Indonesia.


Sunday 2 June 2013

A400M and C295W to be Pitched to NZ


(IMS) -- The eventual retirement of the RNZAF’s C-130Hs will see Airbus Military pitch the A400M and newly-launched C295W to the New Zealand government.

Announced at its annual briefing to trade media, Airbus Military said while it views New Zealand as a longer-term proposition, it is confident the two aircraft could fill the gap to be left by the ultimate retirement of the RNZAF’s five C-130Hs and indeed enhance the nation’s airlift capabilities.

Airbus Military was upbeat about the potential its new products could offer, and will embark on initial discussions within an undisclosed period, believed to be in the nearer-term to seed the products as potential candidates.

One observer at the briefing noted the C295 could also provide a pragmatic solution to New Zealand’s future maritime patrol needs when the Orions fall due for replacement. Airbus Military is offering the C295W as both a tactical airlifter and maritime patrol aircraft.

The last of the RNZAF C-130Hs to undergo a 15-year life-extension was re-delivered only in February this year, five years later than expected, under a program that was originally approved in 2003.

Airbus Military’s advance campaigning comes as it readies to launch the A400M into service in the coming weeks. The manufacturer’s head of programs, Rafael Tentor, who was A400M project head, said it had been “a long and winding road” to get to this point of delivery, but the A400M was now the right aircraft at the right time.


Israel Cemas Tak Mampu Hadapi Perang Kimia


(IMS) -- Sumber media Israel mengungkap kekhawatiran serius melanda kalangan politisi dan militer Israel menghadapi kemungkinan perang tidak biasa menggunakan senjata kimia, di tengah ketidaksiapan mereka menghadapi perang seperti ini.

Canel 10 TV, seperti dilansir situs infopalestina menyebutkan, front internal kekurangan biaya akibat krisis keuangan, dan tidak bisa membagikan masker pelindung, dan hanya 42 persen saja warga yang mendapatkan masker.

PM Israel Benyamin Netanyahu beberapa waktu lalu menyampaikan intruksi kepada lembaga keamanan untuk membagikan masker pelindung, di tengah kekhawatiran adanya eskalasi di pihak Suriah, dan meningkatnya kegentingan di perbatasan antara kawasan Palestina dan Suriah.

Canel 10 menyebutkan, pemeritah Israel telah menggelontorkan sekitar 1,3 miliar Shekel (352 juta dolar AS) untuk menjamin keamanan, dan hampir setiap tahunnya mengeluarkan 300 juta Shekel (81 juta dolar AS).


Su-35 BM Pilihan Tepat Pengganti F-5 TNI AU


(IMS) -- Sejak bergabung di TNI AU tahun 1970-an yang lalu, skuadron F-5 E/F di fungsikan sebagai skuadron interceptor (pencegat). Skuadron Interceptor berarti bahwa sejatinya pesawat ini yang diharapkan akan di turunkan untuk melakukan tugas mencegat pesawat musuh memasuki wilayah kedaulatan Indonesia tanpa izin. Itu artinya skuadron ini akan lebih diarahkan untuk bertarung menghadapi pesawat lawan (Air Superiority), walaupun tidak menutup kemungkinan memiliki kemampuan serangan permukaan (Ground Attack) maupun serang kapal permukaan (Maritime Strike). Beberapa dekade yang lalu kemampuan F-5 E/F cukup mumpuni sebagai interceptor karena memiliki kecepatan diatas 1.6 Mach.


Seperti perandaian kita tadi bahwa diharapkan skuadron pengganti F-5 ini sudah full operasional paling lama di tahun 2020, maka untuk menentukan pesawat paling cocok untuk menggantikan F-5 ini, kita harus melihat gambaran kawasan sekitar Indonesia di tahun 2020 itu. Sebagai mana kita ketahui, Australia sebagai salah satu tetangga dekat Indonesia sudah berkomitment untuk membeli puluhan pesawat generasi ke 5 yaitu F-35. Demikian halnya dengan Singapura yang juga sudah berencana membeli puluhan pesawat yang sama. Sedangkan Malaysia, dalam waktu beberapa tahun kedepan akan melengkapi skuadron MRCA pengganti Mig-29 N mereka. Kandidat pemenangnya adalah F/A-18 E/F Super Hornet, EF Typhoon atau Dassault Rafale.

Dengan melihat hal ini, maka kemungkinan kedepan pesawat yang akan menjadi lawan ‘tanding’ dari calon pengganti F-5 ini adalah F-35 dan MRCA Malaysia, serta pesawat-pesawat yang ada di inventory negara tetangga saat ini. Artinya pengganti F-5 TNI AU nanti harus dipersiapkan untuk bersaing dengan F-35, F-15, F-16 Block 52, F-18, F/A-18 E/F Super Hornet, Su-30 MKM, EF Typhoon dan Dassault Rafale. Itu artinya, jika Indonesia tetap diperhitungkan di kawasan dan tidak menjadi bulan-bulanan negara tetangga seperti di tahun 1996-2005 yang lalu, maka Indonesia harus mempersiapkan calon pengganti F-5 yang tidak kalah dari calon lawan-lawannya tersebut.



Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa skuadron F-5 E.F TNI AU adalah berfungsi sebagai skuadron pencegat (interceptor), maka calon penggantinya nantipun diharapkan tidak jauh dari fungsi tersebut. Itu artinya, calon pengganti ini akan lebih diarahkan kepada kemapuan Air Superiority sebagai kemampuan utama disamping kemapuan Serangan permukaan dan anti kapal permukaan.

Siapa Kandidat yang memenuhi Kriteria?

Untuk menjawab pertanyaan ini, saya sebagai penulis tunggal di AnalisisMiliter.com melakukan analisa terhadap sekitar 10 type pesawat tempur yang mungkin akan masuk dalam pertimbangan TNI AU sebagai pengganti F-5. Analisa saya terhadap pesawat tersebut adalah seperti kriteria yang saya sudah sampaikan diatas, dan hasinya adalah seperti gambar di bawah ini :

Dari segi fungsi sebagai pesawat Intercept yang mengedepankan fungsi Air Superiority, maka dari banyak calon itu, saya menjagokan Su-27 SKM, Su-35 BM, F-16 Block 60, Dassault Rafale dan EF Typhoon. Saya rasa 5 pesawat ini memiliki kemapuan Air Superiority yang lebih baik dari calon yang lainnya. Kandidat lainnya memang semuanya sudah mengusung flatform multirole, namun menurut admin AnalisisMiliter.com masih kalah dalam kemampuan Air Superiority dengan kelima kandidat ini.

Namun jika ditinjau dari segi combat range yang lebih dibutuhkan fighter dengan Long Combat Range, maka dari kelima pesawat diatas saya rasa hanya Su-27 SKM, Su-30 MK2 dan Su-35 BM yang termasuk dalam kategori Long Combat Range yang dalam artian memiliki jarak tempur yang jauh sekalipun tanpa tangki cadangan atau pengisian bahan bakar di udara. Pesawat lainnya rata-rata adalah pesawat tempur dengan kemampuan Medium Combat Range yang masih kalah dari ketiga calon diatas. Namun pesawat dengan kemampuan Medium Combat Range inipun masih layak di pertimbangkan jika akan meberikan keuntungan lain jika diakuisisi oleh TNI AU.

Di tinjau dari segi kemiripan dengan inventory pesawat yag sudah ada di TNI AU saat ini (setidaknya akan ada di tahun 2015-2018), maka sepertinya Su-27 SKM, Su-30 MK2 dan Su-35 BM yang memiliki persamaan (walaupun tidak 100% sama) dengan Sukhoi-27/30 yang dimiliki Indonesia saat ini bisa menjadi pertimbangan. Kemudian F-16 Block 52 dan F-16 Block 60 bisa juga menjadi pertimbangan karena kemiripannya dengan F-16 Block 32 ++ yang akan dimiliki Indonesia beberapa tahun mendatang. Walaupun tidak 100% mirip, namun persamaan senjata, pelatihan teknisi, pilot dan lainnya bisa menjadi hal yang menguntungkan bila Indonesia memilih F-16 ini sebagai calon pengganti F-5. Selain itu, F/A-50 dari Korea Selatan juga bisa menjadi pertimbangan dari segi commonity nya dengan inventory TNI AU saat ini, karena selain memiliki kesamaan dengan T-50 TNI AU, juga merupakan “suadara kembar” dari F-16 yang juga dimiliki oleh Indonesia.

Dari segi faktor Tanker Support yang dimiliki TNI AU saat ini, maka sepertinya Su-27 SKM, Su-30 MK2 dan Su-35 BM adalah yang harus menjadi prioritas karena sangat kompatibel dengan pesawat tanker TNI AU saat ini yaitu KC-130 B. sedangkan F-16 dan FA-50 saya rasa tidak akan mendukung dalam hal ini. Sedangkan kandidat lainnya saya belum mengetahui apakah support terhadap pengisian bahan bakar di udara dengan KC-130 B TNI AU. Saya rasa faktor ini sangat penting untuk dijadikan pertimbangan TNI AU dalam memilih pengganti F-5 ini.

Nah, seperti sudah saya jabarkan sebelumnya bahwa F-35 akan menjadi calon lawan pengganti F-5 ini, maka kita harus membandingkan kemampuannya dengan F-35. Dalam hal ini, saya rasa hanya Su-35 BM, F-16 Block 60, EF Typhoon, Dassault Rafale dan Grippen NG yang bisa memberikan perlawanan terhadap F-35 yang kemungkinan akan dimiliki oleh Singapura dan Australia di tahun 2020. Dari segi kemampuan pertarungan udara, jelas F-35 yang memiliki kemampuan Stealth akan menang melawan kandidat-kandidat ini, namun saya berkeyakinan bahwa F-35 sekalipun tidak akan gegabah melawan calon2 ini. Untuk lebih detailnya akan sampaikan selanjutnya.



Menurut saya sebagai admin AnalisisMiliter.com, faktor paling penting yang harus dipertimbangkan TNI AU untuk memilih pengganti F-5 adalah apakah pesawat tersebut memiliki kemampuan untuk memberikan efek gentar menghadapi F-35. Nah dari banyak sumber, saya sudah merangkum kemampuan teknik dari F-35 dan dibandingkan dengan kandidat pengganti F-5. Pembanding yang saya ambil adalah F-35 A (Conventional Take Off Landing) yang kemungkinan akan di akuisisi oleh Singapura dan Australia. Data-data yang saya kumpulkan ini mungkin tidak 100% akurat, tetapi setidaknya sudah memberikan gambaran kasarnya. Dan hasilnya adalah seperti gambar di bawah ini :


Dari segi fitur Stealth, jelas bahwa tidak ada satupun calon pengganti F-5 ini akan mampu melawan F-35 yang memiliki fitur Stealth yang mumpuni untuk menghindar dari tangkapan radar lawan. Pesawat lainnya tidak dilengkapi dengan fitur Stealth, namun hanya melakukan pengurangan RCS saja. Maka jelas sekali bahwa calon pengganti F-5 ini harus menang dari F-35 dari faktor yang lain selain stealth.

Dari segi Maximal Speed, berita bagusnya adalah F-35 ternyata bukan pesawat yang memiliki kecepatan yang luar biasa. Tercatat kecepatannya hanya sampai dengan Mach 1.6 (1.930 km/jam), sedangkan kandidat lainnya selain JF-17 Thunder dan F/A-50 sudah memiliki kecepatan Mach 2 keatas. Sehingga dalam hal ini, calon pengganti F-5 ini memiliki keunggulan dibandingkan dengan F-35. Tentu ini bisa dimanfaatkan nantinya dalam pertempuran di Udara, namun tidak akan memberikan faktor kemenangan yang sesignificant faktor firut Stealth.

Dari segi Max Load yang mampu dibawa oleh pesawat ini, saya rasa Su-27 SKM, Su-30MK2 dan SU-35 BM bisa menjadi pemenang dengan total 8.000 kg yang bisa mereka tenteng. Artinya semakin banyak senjata yang bisa dibawanya dalam pertempuran. Ini akan menambah nilai plus nya jika harus berhadapan dengan F-35. Sedangkan kandidat lainnya relatif setara bahkan masih di bawah kemampuan F-35.


Dari segi Combat Range, lagi-lagi F-35 masih mengalami kelemahan dalam hal ini. F-35 yang memang hanya dirancang sebagai Medium range Fighter, sehingga Combat Rangenya masih relatif kecil, sehingga masih bisa dilawan oleh pesawat lain. Dalam hal ini, Su-27 SKM, Su-30 MK2 dan Su-35 BM menjadi superior dibandingkan dengan F-35. Bahkan Dassault Rafale dan EF Typhoon relatif masih setara dengan F-35.

Namun menurut saya yang paling penting dipertimbangkan adalah jenis radar yang digunakan masing-masing pesawat dan kemampuan radar tersebut. Ini adalah salah satu kunci penting dalam pertarungan udara. Sebagai pembanding kita gunakan radar AN/APG-81 AESA F-35 dalam melacak target di udara yang memiliki RCS 1m2, dan dibandingkan dengan radar pesawat lainnya. Radar F-35 ini mampu melacak target tersebut dari jarak 160 km. Radar pesawat lainnya realtif belum mampu menandingi kemampuan radar F-35 ini. Radar N0001VEP yang dipakai Su-27 SKM dan Su-30 MK2 TNI AU saat ini hanya mampu melacak target yang sama dari jarak 60-70 km saja. F-16 Block 52 dengan radar APG-68(V)9 juga hanya bisa mengendus target yang sama dari jarak 46-54 km. Grippen D dengan radar PS-05A juga hanya bisa mengendusnya dari jarak 48-56 km, serta Dassault Rafale dengan radar Thales RBE2 PESA juga hanya bisa dari jarak 73-87 km. JF-17 Thunder dengan radar KLJ-7 pun hanya bisa dari jarak 70 km, apalagi F/A-50 dengan radar APG-67 V4 hanya bisa mengendusnya dari jarak 30-36 km.


(Kaskus/analisismiliter)
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...